Home
»
Anggota DPR
,
CH
,
Charles Artikel
,
Charles Honoris
,
DPR RI
,
Duta Besar
,
Komisi I
,
Menpan-RB
,
Presiden Jokowi
,
Yuddy Chrisnandy
»
Pernah Minta Jangan Jadi Dubes di Wilayah Konflik, Yuddy Chrisnandi Bakal Ditugaskan di Ukraina
Pernah Minta Jangan Jadi Dubes di Wilayah Konflik, Yuddy Chrisnandi Bakal Ditugaskan di Ukraina
Posted by
Unknown
Posted on
12.32
with
1 comment
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menerima 23 nama yang diajukan sebagai duta besar.
Di antara nama-nama tersebut muncul politikus Golkar Tantowi Yahya sebagai calon Dubes Selandia Baru, dan mantan Menpan-RB Yuddy Chrisnandi sebagai calon Dubes Ukraina.
"List tersebut memang sudah diserahkan ke DPR," kata anggota Komisi I Charles Honoris melalui pesan singkat, Minggu (27/11/2016).
Charles mengatakan, para calon duta besar tersebut akan mengikuti fit and proper test di Komisi I DPR. Sifat fit and proper test itu hanyalah sebagai pertimbangan untuk pemerintah.
"Komisi I DPR belum menggelar rapat penjadwalan fit and proper test. "Belum ada," ujar Charles.
Sementara, Tantowi Yahya membenarkan namanya masuk sebagai calon Dubes Selandia Baru.
"Sepertinya begitu," ucap Tantowi.
Tantowi akan mengundurkan diri sebagai anggota DPR bila hal itu terjadi. Ia kini duduk sebagai anggota Komisi I DPR. Rencananya, Tantowi bertugas sebagai duta besar mulai Januari 2017.
Hal yang sama dikatakan Yuddy Chrisnandi.
"Ya, untuk fit and proper test dalam waktu dekat," cetusnya.
Yuddy mengaku diundang Kementerian Luar Negeri terkait posisi duta besar.
Sebelumnya, politikus Partai Hanura itu mengaku mendapatkan tawaran dari Presiden Joko Widodo untuk tetap membantu pemerintah selepas menanggalkan jabatannya sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tawaran itu disampaikan Presiden Jokowi kepada Yuddy kala memanggil sejumlah menteri ke Istana Negara, Jakarta, pada 26 Juli 2016.
"Jadi prosesnya itu semalam saya diminta bertemu dengan Pak Presiden. Saat bertemu, beliau menyampaikan bahwa ada situasi internasional, tekanan ekonomi global, kondisi, dan situasi politik nasional yang mengharuskan pemerintah melakukan percepatan dan perubahan, sehingga Pak Presiden mengatakan kepada saya mohon maaf," kata Yuddy di kantor Kementerian PAN-RB, Jakarta, 27 Juli 2016).
Yuddy mengatakan, pernyataan Presiden kepada dirinya terhenti pada kata "mohon maaf". Namun, dirinya sudah bisa memahami maksud Presiden ingin menggantinya dari kursi kabinet.
"Presiden tidak meneruskan permohonan maafnya, tapi saya paham. Saya lalu mengatakan kepada Pak Presiden tidak ada masalah sama sekali, saya ikhlas dan bahkan berterima kasih kepada beliau sudah diberikan kesempatan membantu kabinet selama kurun waktu hampir dua tahun," papar Yuddy.
Selanjutnya, dalam pertemuan yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno itu, Yuddy mengaku turut menyampaikan permohonan maafnya manakala ada hal-hal tidak berkenan serta ada harapan Presiden yang tidak terlaksana selama dirinya menjabat Menteri PANRB.
Dalam pertemuan itu, menurut Yuddy, Presiden berharap agar dirinya tetap membantu pemerintahan.
"Beliau bertanya kira-kira saya ada ekspektasi bertugas di mana. Saya mengucapkan terima kasih.
Saya katakan kalau Pak Presiden percaya kepada saya, cukuplah saya menjadi duta besar, agar saya memiliki banyak waktu untuk menulis," beber Yuddy.
Menurut Yuddy, respons Presiden atas harapannya itu terlihat positif yang tergambar dari kegembiraan raut wajah Jokowi.
"Saya melihat Pak Presiden tanggapannya sangat gembira. Menjadi duta besar di negara kecil juga tidak apa-apa, saya jadi punya kesempatan menulis dan lebih banyak waktu mengajar, karena saya guru besar di Universitas Nasional, jadi harus terus mengajar," jelasnya.
Namun, Yuddy Chrisnandi sempat mengaku enggan menjadi duta besar di negara rawan konflik atau penculikan, seperti Filipina yang menjadi markas kelompok teror Abu Sayyaf.
"Kalau bisa, ya, jangan negara yang ada penculikan-penculikan dong, tidak sekalian kamu tawarin saya ke Afganistan atau ke Suriah," seloroh Yuddy.
Berikut 23 nama calon dubes Indonesia yang diajukan ke DPR:
1. Tokyo: Arifin Tasrif
2. Athena: Ferry Adamhar
3. Bogota: Priyo Iswanto
4. Canberra: Kristiarto Legowo
5. Dili: Sahat Sitorus
6. Geneva: Hasan Kleib
7. Kabul: Mayjen Dr Ir Arief Rachman
8. Kolombo: Ngurah Ardiyasa
9. Kiev: Prof Dr Yuddy Chrisnandi
10. Manama: Nur Syahrir Rahardjo
11. Roma: Esti Andayani
12. Seoul: Umar Hadi
13. Wina: Darmansjah Djumala
14. New Delhi: Arto Suryodipuro
15. Dhaka: Rina Soemarno
16. Amman: Andy Rachmianto
17. Bratislava: Wieke Adiwoso
18. Dar Es Salaam: Prof Radar Pardede
19. Wellington: Tantowi Yahya
20. Zagreb: Sjachroedin ZP
21. Astana: Rachmat Pramono
22. Tunis: Ikrar Nusa Bhakti
23. Kuala Lumpur: Rusdi Kirana
Sumber : Wartakota
Label:
Anggota DPR
,
CH
,
Charles Artikel
,
Charles Honoris
,
DPR RI
,
Duta Besar
,
Komisi I
,
Menpan-RB
,
Presiden Jokowi
,
Yuddy Chrisnandy
Saya melihat Pak Presiden tanggapannya sangat gembira. Menjadi duta besar di negara kecil juga tidak apa-apa, saya jadi punya kesempatan menulis dan lebih banyak waktu mengajar, karena saya guru besar di Universitas Nasional, jadi harus terus mengajar.
BalasHapus